Monday, February 21, 2011
student oh student(part 2)
Sunday, February 20, 2011
miss
Thursday, February 17, 2011
4E
Monday, February 14, 2011
rehabilitation part2
I kind of hate to see my body and my face right now. Really.(huhu sy da jadi si buruk rupa dah=(() like one of the abuse victim.huhu too scared to look. But…this is only the physical outlook. Why on earth do I care this super petty things?..i too worried the scratches outside my body but have I ever worried the sratches ‘inside’ my body (HATI). There are like millions scratches(karat2 jahiliyah) ‘inside’ and I just too blind to see it. In fact I don’t even wanna see it ‘cause I know I’ve across the borderline. and I feel like there’s no way to turn back. I was so confused and only darkness embracing me.=’((
إِنَّ اللهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ
Maksudnya : Sesungguhnya Allah tidak melihat rupa paras kamu dan harta-harta kamu, akan tetapi Allah melihat hati kamu dan amalan-amalan kamu.
Hadis sahih riwayat Imam al-Bukhari dan Muslim.
Nevertheless, HE did coming. Only just in unexpected way which is only me whether or not to realise it..….i seek forgiveness from Allah. O Allah please forgive me. please please please..T_T But I know Allah loves me.(of course HE loves u t00) .Like HE always do. How? By giving me some ‘tests’. A friend of mine always said to me HE tests, means HE loves u. because HE got jealous seeing u spent most of your time with other things instead of being with HIM. Huhu again, I seek Allah’s forgiveness. I’m too careless(lagha). I’m merely human. Cannot run from doing mistakes. *I seek forgiveness from Allah*
~~in rehabilitation phase ~ please give me your guidance ~~
(Our Lord! we have indeed believed: forgive us, then, our sins, and save us from the agony of the Fire)
[surah Ali' Imran; 3:16]
Sunday, February 13, 2011
"shocked"
Saturday, February 12, 2011
Mr. Charlie
~~heartsick~~
Thursday, February 10, 2011
the one n only
Wednesday, February 09, 2011
(T_T)
Tuesday, February 08, 2011
random thought (part 3)
CINTA TAK SEHARUSNYA MEMILIKI
Salman Al Farisi merasakan memang sudah waktunya menikah. Seorang wanita Ansar yang dikenalnya sebagai wanita mukminah lagi solehah juga telah mengambil tempat di hatinya. Tentu saja bukan sebagai kekasih. Tetapi sebagai sebuah pilihan dan pilihan yang dirasa tepat. Pilihan menurut akal sihat. Dan pilihan menurut perasaan yang halus, juga ruh yang suci.
Tapi bagaimanapun, ia merasa asing di sini. Madinah bukanlah tempat kelahirannya. Madinah bukanlah tempatnya tumbuh dewasa. Madinah memiliki adat, rasa bahasa, dan rupa-rupa yang belum begitu dikenalnya. Ia berfikir, melamar seorang gadis pribumi tentu menjadi sebuah urusan yang pelik bagi seorang pendatang. Harus ada seorang yang akrab dengan tradisi Madinah berbicara untuknya dalam khitbah. Maka disampaikannyalah gelegak hati itu kepada sahabat Ansar yang dipersaudarakan dengannya, Abu Darda’.
”Subhanallaah.. wal hamdulillaah..”, girang Abu Darda’ mendengarnya. Mereka tersenyum bahagia dan berpelukan. Maka setelah persiapan dirasa cukup, beriringanlah kedua sahabat itu menuju sebuah rumah di penjuru tengah kota Madinah. Rumah dari seorang wanita yang solehah lagi bertaqwa.
”Saya adalah Abu Darda’, dan ini adalah saudara saya Salman seorang Persia. Allah telah memuliakannya dengan Islam dan dia juga telah memuliakan Islam dengan amal dan jihadnya. Dia memiliki kedudukan yang utama di sisi Rasulullah Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam, sampai-sampai beliau menyebutnya sebagai ahli bait-nya. Saya datang untuk mewakili saudara saya ini melamar putri anda untuk dipersuntingnya.”, fasih Abu Darda’ bicara dalam logat Bani Najjar yang paling murni.
”Adalah kehormatan bagi kami”, ucap tuan rumah, ”Menerima anda berdua, sahabat Rasulullah yang mulia. Dan adalah kehormatan bagi keluarga ini bermenantukan seorang sahabat Rasulullah yang utama. Akan tetapi hak jawab ini sepenuhnya saya serahkan pada puteri kami.” Tuan rumah memberi isyarat ke arah hijab, yang di belakangnya sang puteri menanti dengan segala debar hati.
”Maafkan kami atas keterusterangan ini”, kata suara lembut itu. Ternyata sang ibu yang bicara mewakili puterinya. ”Tetapi karena anda berdua yang datang, maka dengan mengharap ridha Allah saya menjawab bahwa puteri kami menolak pinangan Salman. Namun jika Abu Darda’ kemudian juga memiliki urusan yang sama, maka puteri kami telah menyiapkan jawapan mengiyakan.”
Jelas sudah. Keterusterangan yang mengejutkan, ironis, sekaligus indah. Sang puteri lebih tertarik kepada pengantar daripada pelamarnya! Itu mengejutkan dan ironis. Tapi saya juga mengatakan indah karena satu alasan; reaksi Salman. Bayangkan sebuah perasaan, di mana cinta dan persaudaraan bergejolak berebut tempat dalam hati. Bayangkan sebentuk malu yang membuncah dan bertemu dengan gelombang kesedaran; bahawa dia memang belum punya hak apapun atas orang yang dicintainya. Mari kita dengar ia bicara.
”Allahu Akbar!”, seru Salman, ”Semua mahar dan nafkah yang kupersiapkan ini akan aku serahkan pada Abu Darda’, dan aku akan menjadi saksi pernikahan kalian!”♥♥♥
Cinta tak harus memiliki. Dan sejatinya kita memang tak pernah memiliki apapun dalam kehidupan ini. Salman mengajarkan kita untuk meraih kesedaran tinggi itu di tengah perasaan yang berkecamuk rumit; malu, kecewa, sedih, merasa salah memilih pengantar –untuk tidak mengatakan ’merasa dikhianati’-, merasa berada di tempat yang keliru, di negeri yang salah, dan seterusnya. Ini tak mudah. Dan kita yang sering merasa memiliki orang yang kita cintai, mari belajar pada Salman. Tentang sebuah kesedaran yang kadang harus kita munculkan dalam situasi yang tak mudah.Sergapan rasa memiliki terkadang sangat memabukkan..
Rasa memiliki seringkali membawa kelalaian. Maka menjadi seorang manusia yang hakikatnya hamba adalah belajar untuk menikmati sesuatu yang bukan milik kita, sekaligus mempertahankan kesedaran bahawa kita hanya dipinjami. Inilah sulitnya. Tak seperti seorang tukang parkir yang hanya dititipi, kita diberi bekal oleh Allah untuk mengayakan nilai guna karuniaNya. Maka rasa memiliki kadang menjadi sulit ditepis.